Tuesday, May 15, 2007

Buah Naga


Cara Menanam Buah Naga di Pot

Semula, tanaman buah Naga dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Ini mengingat ia masih sebangsa dengan kaktus. Tak heran bila kini ia juga diupayakan sebagai tanaman hias, yang ditanam dalam pot. Jadilah, tabulampot yang benar-benar eksotik.

Bagaimana cara menciptakan tabulampot buah Naga? Langkah pertama, sediakan pot. Pilih pot dari tanah liat berdiameter sekitar 40 - 50 cm. Setelah itu, sediakan tiang panjatan. Pilih yang kuat dari besi beton berdiameter 8 - 10 cm. Buatlah tiang setinggi 200 cm. Seluruh tiang panjatan diberi sabut kelapa yang diikatkan. Bagian bawah tiang dibuatkan kaki-kaki tiang. Panjang kaki tiang 35 cm, dibentuk trapesium dengan ukuran 30 cm.

Setelah itu, pulas dengan aspal agar tak gampang keropos. Bagian atas tiang dibuatkan piringan diameter 40 cm, sementara bagian tengahnya diberi besi dipasang bersilang. Pada pertemuan silangan, beri besi tegak lurus sepanjang 30 cm, yang nantinya dimasukkan pada bagian ujung tiang.

Seperti biasa, sediakan pula media tanam berupa campuran tanah, pasir, bubuk bata merah, pupuk kandang, dan kompos (1 : 2 : 2 : 3 : 1). Campur merata, masukkan ke dalam pot hingga 80 persen volumenya. Tambah dolomit 100 gram/pot dan pupuk Hortigo 20 gram/pot. Siram sampai basah, biarkan semalam.

Sebaiknya, beli bibit dari penangkar tanaman buah naga. Pilih bibit stek batang sepanjang 60 cm dengan diameter 7 cm. Setelah itu, buat 3 lubang tanam dalam pot dengan kedalaman 10 cm dan diameter 6 cm. Setelah ditanam, tekan media di sekitar bibit agar padat. Berilah air, dan ikat bibit tersebut agar tidak mudah roboh. Basahi permukaan media dengan sedikit air. Usahakan jangan sampai air menggenangi pangkal batang. Sebab, pangkal batang peka terhadap genangan air, dan bisa mematikan. Langkah terakhir, letakkan buah Naga di pot di lokasi yang mendapat sinar matahari, terutama pada pagi hari. Tak lama, Anda pun akan menikmati indahnya tabulampot buah Naga. Mungkin itu yang membuatnya jadi makin dicari orang.

-Nova tabloid -

UNTUK MENGHEMAT BIAYA BISA MEMAKAI MODEL TIANG JEMURAN

Total populasi di kebun Vincent di Wonosalam, Jombang, 32.000 tanaman di areal
seluas 5 ha. Sekitar 2/3-nya ditanam dengan sistem biasa alias tiang tunggal
yang lazim dipakai. Empat batang kerabat kaktus-kaktusan dirambatkan di tiang
beton atau besi. Sulur-sulur produktifnya ditumpangkan pada lingkaran terbuat
dari besi atau ban bekas. Dragon fruit itu dibagi menjadi 12-14 kelompok.
Tujuannya agar buah dipetik kontinu 2 kali per minggu.

Sepertiga populasi sisanya ditumbuhkan dengan sistem tiang jemuran. Maksudnya,
batang-batang dragon fruit disampirkan ke kawat-kawat besi yang dibentangkan
mirip tali jemuran (baca: Tiang Jemuran Hemat Biaya, Trubus Mei 2003). Dengan
sistem itu kualitas buah melonjak. Tujuh puluh persen grade A, sisanya grade B,
C, dan apkir. Grade B sekilo berisi 3 buah dan grade C, sekilo 4 buah.

Sebuah eksperimen
Sukses Vincent mengatrol kualitas Hylocereus polyrhizus-buah naga berdaging
merah yang ia tanam-bermula pada Maret 2003. Saat itu ia mulai bereksperimen
menanam dragon fruit dengan sistem tiang jemuran. Cara itu ditiru dari
penanaman anggur, kata Vincent. Waktu itu pengusaha suku cadang kendaraan
bermotor itu berniat menghemat biaya produksi. Cara tanam menggunakan tiang
tunggal beton atau besi dianggap boros. Dengan model tiang jemuran, penanaman
dibagi ke dalam unit berisi 26 tanaman. Setiap tanaman disampirkan pada kawat
baja yang dibentangkan di antara 2 tiang model T berjarak 4 m. Biaya yang
dibutuhkan untuk pembuatan dan pemasangan tiang dan kawat per 26 tanaman
Rp55.000-Rp60.000
.
Bandingkan bila ke-26 tanaman ditanam dengan sistem tiang beton. Untuk 26
tanaman berarti dibutuhkan minimal 6 tiang beton. Dengan harga tiang Rp15.000
per buah-termasuk biaya pemasangan-total dana per 26 tanaman Rp90.000. Artinya
dengan model ala rambatan anggur hemat biaya Rp30.000-Rp35.000. Selain alasan
penghematan, Vincent menilai penanaman dengan sistem tiang tunggal banyak
kelemahan. Sulur produksi tumbuh rimbun dan saling menaungi. Padahal, bunga
dragon fruit hanya muncul di percabangan yang terkena sinar matahari.

Dengan sistem tiang jemuran ayah 2 anak itu berharap buah yang dihasilkan lebih
banyak dan berkualitas. Sebab, pada sistem tiang jemuran semua cabang dan sulur
menerima sinar matahari penuh.

Ajang pembuktian
Pada penghujung Desember 2005, Trubus menyaksikan panen naga dari tiang
jemuran. Menurut Daniel Kristanto, manajer PT WAL Natural Farm, perusahaan yang
mengelola kebun dragon fruit di Wonosalam, panen itu ajang pembuktian ketiga
kali. Panen perdana pada Desember 2003. Tahun berikutnya, penghujung 2004- awal
2005, tanaman berbuah kembali. Dari 3 kali panen terlihat, kualitas buah dari
model penanaman tiang jemuran selalu lebih baik. Kelas A mencakup 70% dari
total hasil panen. Bandingkan dengan hasil panen model penanaman konvensional.
Buah yang masuk grade A hanya 35%.

Menurut Daniel, karena masih eksperimen, penanaman dengan tiang jemuran bukan
tanpa kekurangan. Ketika cabang dan sulur mulai banyak dan dikaitkan pada
kawat, kedua tiang T tak sanggup menahan beban 26 tanaman. Apalagi ketika
tanaman sarat buah, tiang hampir roboh. Tiang harus dibeton agar kuat,
ungkapnya.
Mudah

Sulitkah menanam buah naga di tiang jemuran? Sama saja, yang berbeda hanya pada
penanaman awal. Bibit tidak diikat pada tiang, tapi dibantu turus. Seiring
pertumbuhan, tanaman diikat pada kawat bantuan, katanya. Selain 2 kawat utama
dibentangkan sejajar ke tiang T pada ketinggian 2 m, juga dipasang 2 kawat
tunggal sebagai bantuan. Masing-masing pada ketinggian 75 cm dan 175 cm.
Tujuannya, agar batang tanaman tidak roboh sebelum mencapai umur
produktif-diperkirakan tingginya mencapai 2 m. Lazimnya pada umur 7 bulan bibit
mencapai kawat teratas dan siap dibentuk cabang produktif.

Caranya, batang utama dipangkas habis sehingga muncul tunas-tunas baru.
Pertahankan 2 tunas sebagai 2 cabang utama. Dari cabang utama, pertahankan lagi
2 sulur sehingga dalam 1 tanaman terdapat 4 sulur produktif. Yang dipertahankan
hanya 4 buah. Sulur lain yang muncul dipangkas, kata Daniel. Cabang dan sulur
itu diikat pada kawat dan diarahkan keluar dari barisan agar semuanya terkena
cahaya matahari. Butuh waktu sekitar 2 bulan sampai sulur itu siap dibungakan.
Cirinya, warna sulur hijau tua dengan panjang 60-100 cm.

Perangsangan bunga dilakukan dengan menyemprot pupuk daun berkadar P dan K
tinggi. Daniel biasa menggunakan Gandasil B, Nutraposh Super K, atau Growmore
6:30:30. Pilih saja salah satu, katanya. Dosisnya 30 g pupuk dicampur dengan
setangki air volume 15 l. Tanaman berjumlah 9.000 batang membutuhkan 20 tangki.
Sebelum disemprot ujung sulur dipotong kira-kira 5 cm. Itu biasanya batas
antara warna hijau muda dengan hijau tua. Ujung yang masih hijau muda dipotong
saja, ujar Daniel.

Selang 2 minggu kuntum bunga yang keluar dikontrol. Bila kuntum yang muncul
telah mencapai 5%, kehadiran bunga mesti diseragamkan. Itu artinya sulur siap
berbuah, katanya. Larutkan 20 g KNO3 pada seliter air dan semprotkan hanya pada
ujung sulur. Dibutuhkan 10 tangki setara 150 l untuk menyemprot 9.000 tanaman.
Biasanya 1-2 hari kemudian kuntum bunga serentak muncul. Dalam 1 sulur bisa
mencapai 6 - 13 kuntum. Daniel biasanya menyisakan 2 kuntum yang berjarak
minimal 30 cm untuk dibuahkan. Itu agar buah berukuran besar dan seragam. Buah
naga siap dipanen saat berumur 52 hari sejak kuntum. (Destika Cahyana)

Trubus 435 - Februari 2006/XXXVII

2 Comments:

Blogger Unknown said...

Kami menyediakan bibit buah naga Super Red. Stok Melimpah :

* Ukuran 15cm-25cm -->hrg Rp. 10.000/phn
* Ukuran 25cm-50cm -->hrg Rp. 20.000/phn
* Ukuran 50cm-80cm -->hrg Rp. 30.000/phn
* Ukuran 80cm-120cm -->hrg Rp. 50.000/phn
--Pemesanan luar kota miniumum 5 pohon--
--Pembelian di lokasi kebun bebas--
--Pemesanan jumlah min 1000 pohon, kami beri diskon 30% --
Kebun : Jl. Koramil 76 Bululawang Malang
tlp 022 76 000 123 / 022 76 000 168
081805028933

August 22, 2008 at 12:13 AM  
Blogger Rumpun Pemuda Bersatu - Provinsi Riau said...

Mau tanya Bos,
kira-kira kalau dipekanbaru Prov. Riau Buah Naga bisa gak di tanam?mengingat suhu disini tidak dingin seperti di Malang...

November 17, 2008 at 10:22 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home